Wednesday 21 March 2007

MANAJEMEN UANG SEDERHANA

Manajemen uang tidak selalu identik dengan mereka yang berpenghasilan atau hanya untuk Ibu-Ibu rumah tangga saja. Orang yang masih belum memiliki pengasilan pun bisa menerapkannya, seperti pelajar/mahasiswa. Substansinya adalah bukan: dari mana penghasilan tersebut kita dapatkan tapi lebih kepada pengaturan terhadap uang yang ada ditangan kita, baik itu kita dapatkan dari pekerjaaan kita sendiri maupun berasal dari pemberian orang. Yakin deh, untuk bisa mengatur keluar-masuk uang, dapat kita lakukan sendiri, ga perlu kuliah akutansi atau manajemen 144 sks dulu. Buktinya, Ibu-ibu rumah tangga yang tidak sempat mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggipun bisa mengatur keuangan keluarga dengan baik.

Umumnya, ketika baru menerima uang, hal pertama yang dipikirkan adalah membelajankannya untuk keperluan rutin harian kita, seperi pulsa HP, transportasi, atau makan-minum. Lalu setelah itu baru kita mikir, “kira-kira bulan ini kita mau beli apa ya” beli HP baru / baju baru / sepatu baru / jeans baru. En the last biasanya kalau ada sisanya baru deh untuk nabung. Hal ini tidak salah karena uang ada toh untuk membuat hidup kita nyaman bukan sengsara, tapi masih ada lho cara lain yang bisa kita lakukan terhadap uang kita.

Prens, “menghabiskan uang” tidak selalu berarti bahwa uang itu harus dibelanjakan habis atau harus berwujud jadi suatu barang. “Menghabiskan uang” bisa juga kita lakukan untuk hal-hal yang bersifat produktif, dalam artian bisa menambah jumlah uang itu sendiri. It is only the matter of way, atau kata orang Betawi “ tinggal care kite make’nya aje gimane”. Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar uang kita produktif, tapi mari kita ambil yang gampang aja. Seperti judul diatas, ini hanya manajemen yang sederhana, bahkan sangat sederhana, yang lebih dibutuhkan adalah kemauan dan kedisplinan dalam menerapkannya.

Jadi gini gampangnya. Ketika rekans menerima uang, entah itu berupa gaji, pemberian ataupun hadiah, hal pertama yang disarankan adalah mengeluarkan “hak orang lain” dalam uang kita. Lho koq gitu, emang ada? Ya jelas lah, setiap agama pasti menyebutkan bahwa dalam harta yang kita miliki terdapat sebagian hak orang lain. Nah, tinggal besaran persentasenya saja yang beda-beda. Dalam islam misalnya, hal ini dinamakan zakat mal adapun prosentasenya untuk pengahasilan adalah 2.5%. Setelah itu, hal berikutnya adalah membayar hutang/ cicilan rumah-kendaran / premi asuransi (jika punya), kenapa? Karena pada umumnya hal-hal diatas kalau tidak dibayar/dicicil tepat waktu bisa menimbulkan dampak ikutan, seperti berbunga, kena denda/penalti, ataupun gugurnya hak klaim atas asuransi.

Setelah itu, janganlah lupa untuk menyisihkan sebagian uang tsb untuk disimpan dalam bentuk tabungan. Ini namanya menabung diawal. Khawatirnya kalau menunggu sisa setelah digunakan, bukannya ada sisa, malah uangnya keburu habis untuk keperluan yang lain-lain. Jadi dengan menyisihkan diawal, rekans sekalian lebih dijamin untuk bisa menabung. Adapaun prosentasenya, ya terserah saja, 30%, 20%, atau 10%, pun boleh-boleh saja, yang penting adalah rutin dan konsisten. Dan perlu rekans ingat, yang namanya menabung itu ga harus melulu di bank lho. Menabung juga dapat dijadikan sebagai kegiatan investasi, sekarang sudah banyak produk keuangan yang dapat digunakan untuk menabung sekaligus berinvestasi seperti reksa dana, obligasi, ataupun saham. Informasi mengenai produk-produk ini sudah banyak tersedia, baik di internet ataupun dapat ditanyakan langsung melalui lembaga keuangan seperti sekuritas dan Bank baik konvensional ataupun Syariah

Dan yang pos pengeluaran terakhir disarankan adalah pos pengeluaran rutin, karena apa, because what ? karena pos ini merupakan pos yang paling fleksibel untuk diubah-ubah besarannya, gak percaya? Pada umumnya orang kalau penghasilannya meningkat, maka pengeluaran juga otomotis meningkat atau gaya hidupnya berubah J, makanya penghasilan selalu terasa kurang, ya ga’?. Nah disinilah, dituntut kejernihan kita dalam membedakan kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan tentu saja harus dipehuhi, tapi tidak demikian dengan keinginan karena toh tanpa memenuhi keinginan kita tetap masih bisa hidup. Kebutuhan dan keinginan ini berbeda untuk tiap orang. Contoh gampangnya: bagi kita yang sering menggunakan HP untuk keperluan bicara dan sms saja, tentunya HP teknologi 3G bukan merupakan suatu kebutuhan. Atau bagi rekans sekalian yang butuh takut ketinggalan informasi, apakah dengan berlangganan 3 majalah sekaligus merupakan hal yang efektif, ada juga malah ga sempat dibaca karena kesibukan lain. So, bijak-bijak lah memilah kebutuhan dan keinginan.

Sederhana kan :)